Beranda | Artikel
Tafsir Ayat Proses Persalinan Maryam binti Imran
Sabtu, 5 Oktober 2019

Hikmah Kisah Persalinan Maryam binti Imran

Dalam proses persalinan maryam binti Imran ketika melahirkan Nabi Isa ‘alaihi wa sallam terdapat pelajaran yang cukup berharga, yaitu keikhlasan, kesabaran dan prinsip tawakkal. Maryam binti Imram yang hamil menjauh dari manusia karena ujian berat dari Allah yaitu hamil tanpa disentuh sekalipun oleh manusia. Kaumnya menuduh ia telah berzina padahal ia dikenal seroang yang ahli ibadah. Maryam pun menjauh dari manusia dan melahirkan sendiri.

Allah ta’ala berfirman,

فَحَمَلَتْهُ فَانْتَبَذَتْ بِهِ مَكَانًا قَصِيًّا

“Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh.” (QS:Maryam | Ayat: 22).

Dalam keadaan susah payah dan lemah, ketika akan tiba waktu melahirkan serta datang nyeri menjelang melahirkan, Maryam menuju ke pohon kurma. Syaikh As-Sa’diy menjelaskan dalam tafsirnya,

فلما قرب ولادها، ألجأها المخاض إلى جذع نخلة، فلما آلمها وجع الولادة

“Tatkala waktu melahirkan sudah dekat, rasa sakit menjelang melahirkan membuat Maryam menuju ke bawah pohon kurma dan merasakan nyeri melahirkan.” (Lihat Tafsir As-Sa’diy terhadap surat Maryam ayat 22).

Baca Juga: Bolehkah Operasi Caesar Dengan Adanya Indikasi Medis?

Maryam Menggoyangkan Pohon Kurma dengan Tangan

Dengan tubuh yang lemah Maryam mengoyangkan kurma dengan tangannya dengan goyangan yang sangat lemah sambil menahan rasa sakit, dengan harapan agar buah kurma bisa jatuh. Maryam tahu bahwa kurma ini tidak mungkin jatuh dengan goyangan tangan yang lemah sambil menahan sakit menjelang melahirkan, akan tetapi ini bentuk tawakkal yang besar dari Maryam, tetap berusaha mengambil sebab untuk terjadi sesuatu, tidak pasrah saja tanpa berbuat apa-apa.
Allah berfirman,

وَهُزِّي إِلَيْكِ بِجِذْعِ النَّخْلَةِ تُسَاقِطْ عَلَيْكِ رُطَبًا جَنِيًّا.

“Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu” (QS. Maryam 26).

Gerakan tangan Maryam menggoyangkan kurma sangat lemah, tetapi kurma bisa jatuh ke bawah. Dalam kamus Al-Ma’aniy makna /huzziy/ (وَهُزِّي) yaitu:

هَزَّ أَغْصَانَ الشَّجَرَةِ : حَرَّكَهَا بِشَيْءٍ مِنَ الْقُوَّةِ

“Menggerakkan dahan pohon: menggerakkan dengan sedikit kekuatan” (Kamus Al-Ma’aniy).

 

Dalam tafsir Al-Wasith karya Ath Thanthawi dijelaskan bahwa gerakan tersebut yaitu ke kanan-kiri dan depan-belakang:

أى : وحركى نحوك أو جهة اليمين أو الشمال جذع النخلة

“Yaitu menggerakkan kearah dia (menarik) atau ke arah kanan dan kiri dari pohon kurma.” (Tafsir Al-Wasith terhadap surat Maryam ayat 26).
Al-Baghawi menjelaskan gerakannya seperti menarik ke depan dengan tangan. Beliau mengatakan,

حركي ( بجذع النخلة ) تقول العرب : هزه وهز به ، كما يقول : حز رأسه وحز برأسه

“Menggerakan pohon kurma sebagaimana perkataan orang Arab, yaitu menarik kepala (dengan tangan)” (Lihat Tafsir Al-Baghawi terhadap surat Maryam ayat 26).

Baca Juga: Polemik Khitan Wanita

Mengambil Sebab Sebagai Bentuk Tawakal

Meskipun Maryam tahu gerakan tangan yang lemah sambil menahan rasa sakit melahirkan tidak akan bisa membuat kurma jatuh, tetapi inilah bentuk tawakkal dan tidak meninggalkan sebab (daripada pasrah total). Syaikh Abdul Aziz Bin Baz berkata,

وهذا أمرٌ لها بالأسباب، وقد هزت النخلة وتعاطت الأسباب، حتى وقع الرطب فليس في سيرتها ترك الأسباب

“Ini adalah perkara yang memiliki sebab. Maryam menggoyangkan kurma dan menempuh terjadinya sebab sehingga kurma jatuh. Tidaklah ia meninggalkan sebab/usaha (tidak pasrah total).” (Majmu’ Fatawa 4/427).

Tentunya kita memahami dengan jelas bahwa tujuan Maryam menggoyang pohon kurma ini adalah untuk mendapatkan kurma agar bisa dimakan. Gerakan bukanlah gerakan yang khusus atau gerakan yang dimaksudkan untuk ta’abbud (ibadah) atau tujuan lainnya. Ini jelas tersirat dalam firman Allah:

تُسَاقِطْ عَلَيْكِ رُطَبًا جَنِيًّا

“Niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu” (QS. Maryam 26).

Syaikh Abdurrahman As- Sa’diy menjelaskan akhirnya kurma yang jatuh adalah kurma yang bermanfaat. Beliau berkata:

أي: طريا لذيذا نافعا

“Yaitu kurma yang segar, enak dan bermanfaat.” (Lihat Tafsir as-Sa’diy terhadap surat Maryam ayat 26).

Sebagian ulama menafsirkan bahwa ucapan tersebut adalah ucapan hiburan agar Maryam tidak bersedih hati, yang diucapkan oleh Nabi Isa ‘alaihissalam setelah lahir. Disebutkan dalam ayat,

فَنَادَاهَا مِنْ تَحْتِهَا أَلَّا تَحْزَنِي قَدْ جَعَلَ رَبُّكِ تَحْتَكِ سَرِيًّا. وَهُزِّي إِلَيْكِ بِجِذْعِ النَّخْلَةِ تُسَاقِطْ عَلَيْكِ رُطَبًا جَنِيًّا. فَكُلِي وَاشْرَبِي وَقَرِّي عَيْنًا

“Maka menyerunya dari tempat yang rendah: “Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu, maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu.” (QS:Maryam | Ayat: 24-26).

Ibnu Katsir berkata,

وقال مجاهد : ( فناداها من تحتها ) قال : عيسى ابن مريم ، وكذا قال عبد الرزاق ، عن معمر ، عن قتادة قال : قال الحسن : هو ابنها . وهو إحدى الروايتين عن سعيد بن جبير : أنه ابنها

“Mujahid berkata bahwa yang menyeru dari arah bawah adalah Isa bin Maryam. Demikian juga pendapat Abdurrazzaq dari Ma’mar dari Qatadah dari Al-Hasan bahwa yang berkata demikian adalah anaknya Maryam (Nabi Isa). Salah satu dari dua riwayat Sa’id bin Jubair juga menegaskan bahwa itu adalah anak Maryam (nabi Isa).” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir).

Karenanya beberapa ulama menafsirkan bahwa kurma itu makanan yang baik bagi ibu yang sedang menjalani masa nifas. Ahli Tafsir Al-Baghawi membawakan perkataan Ar-Rabi’ bin Khutsaim dalam tafsirnya,

ما للنفساء عندي خير من الرطب ، ولا للمريض خير من العسل

“Makanan terbaik bagi wanita nifas adalah kurma dan makanan terbaik bagi orang sakit adalah madu.” [Lihat Tafsir Al-Baghawi]

Baca Juga:

Demikian semoga bermanfaat.

@ Lombok, Pulau seribu Masjid

Penyusun: dr. Raehanul Bahraen, M.Sc, Sp.PK


Artikel asli: https://muslim.or.id/51821-tafsir-ayat-proses-persalinan-maryam-binti-imran.html